Senin, 04 Juni 2012

Konsep Farmakologi

Diposting oleh Ferike Juniawati di 21.51 0 komentar

KONSEP FARMAKOLOGI


DIFINISI OBAT

 >SEMUA ZAT BAIK KIMIAWI,HEWANI,MAUPUN NABATI YANG DLM DOSIS LAYAK DPT MENYEMBUHKAN,MERINGANKAN ATAU MENCEGAH PENYAKIT BERIKUT GEJALA-GEJALANYA.

 > MOLEKUL KECIL YG KETIKA DIDLM TUBUH,AKAN MENYEMBUHKAN FUNGSI TUBUH MELALUI PELBAGAI INTERAKSI DI TINGKAT MOLEKUL (SUE JORDAN

3 PENGGOLONGAN OBAT PADA TERAPI:

  1. OBAT FARMAKODINAMIS( PROSES CEPAT LAMBAT FUNGSI BIOKIMIA DLM TUBUH)

  2. OBAT KEMOTERAPEUTIS (MEMBUNUH PARASIT)

  3. OBAT DIAGONOSIS (PENGENALAN PENYAKIT)

INTERAKSI ANTARA OBAT THP TUBUH :

1  FARMASEUTIKA : MEMASUKAN OBAT KE DLM TBH

     (kepatuhan &  formulasi obat)

2.  FARMAKOKINETIKA: MENDISTRIBUSIKAN OBAT DISELURUH TBH DAN KELUAR TBH

     (absorbsi, distribusi,eliminasi,toksisitas)

3. FARMAKODINAMIK : KERJA OBAT DLM TBH

4. TERAPEUTIKA : EFEK OBAT PD ORNG TSB

     (efek klinis & efek samping )

Penggolongan O.B.A.T



Inilah klasifikasinya…. :
1. Obat Bebas
Logo :







Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol


2. Obat Bebas Terbatas
Logo :






Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Logo tanda peringatan (6) :

Contoh : CTM

3. Obat Keras
Logo :

Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Antibiotik (amoxicillin, clindamycin, dsb)


4. Obat Psikotropika
Logo :

Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital

5. Obat Narkotika
Logo :

Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis,yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin

Referensi :
Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.

FARMAKODINAMIK

l  YAITU  CABANG ILMU YG MEMPELAJARI EFEK BIOKIMIAWI DAN FISIOLOGI OBAT SERTA MEKANISME OBAT ( KERJA OBAT PADA TUBUH)

Ø  TUJUAN: UNTUK MENELITI EFEK UTAMA OBAT, MENGETAHUI INTERAKSI OBAT DENGAN SEL DAN MENGETAHUI YRYTAN PERISTIWA SERTA SPEKTRUM EFEK DAN RESPON YG TERJADI

    SEBAGIAN BESAR OBAT AKAN BEKERJA PD LEBIH DARI SATU JENIS SEL DAN DGN DEMIKIAN MENIMBULKAN EFEK YG MULTIPEL DPT MENIMBULKAN PERUBAHAN PD PERILAKU JARINGAN ,ORGAN, DAN SISTEM

   OBAT MEMODIFIKASI FUNGSI TUBUH YG ADA, OBAT TDK DPT MEMBUAT FUNGSI YG BARU

    CTH : NIKOTIN YG PD SSP BEKERJA MENENANGKAN, SARAF PD MEMBULUH DARAH MENAIKAN TEKANAN DARAH DAN DPT MENIMBULAKAN IRITASI

 FARMAKOKINETIK

BAGAIMANA TUBUH MENAGANI OBAT

 OBAT MASUK KEDALAM TUBUH SAMPAI KETEMPAT KERJA MELALUI BERBAGAI MACAM CARA: YAITU ABSORPSI,DISTRIBUSI DAN PENGIKATAN DAN KELUAR TUBUH (EFEK OBAT)

 > ABSORPSI MERUPAKAN PROSES YG MEMBUAT OBAT TERSEDIA DIDLM CAIRAN TUBUH UNTUK DIDISTRIBUSIKAN

      PENGHALANG UTAMA YG MERINTANGI ABSORPSI DAN DISTRIBUSI OBAT =

  1. DINDING USUS

  2. DINDING PEMBULUH KAPILER

  3. MEMBRAN SEL DAN SAWAR DARAH/OTAK

  4. PLASENTA

  5.  ASI

Dokumentasi Dengan Metode SOAP

Diposting oleh Ferike Juniawati di 21.45 0 komentar
1. Dokumentasi kebidanan
Adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan
perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan (Bidan,dokter,perawat dan petugas kesehatan lain).
2. Manajemen kebidanan
Adalah Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuanpenemuan,
ketrampilan dalam rangkaian /tahapan yang logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien(varney,1997)
3. Prinsip dokumentasi SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui
anamnese
Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya dari pasien, suami
atau keluarga ( identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riiwayat
perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, penyakit,
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial,
pola hidup.)
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang
bisu, dibagian data dibelakang” S” diberi tanda” 0” atau” X” ini menandakan
orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
O : Objektif
URAIAN MATERI
Hand Out
By Nurlie Azwar 3
Menggambarkan pendokumentasian hasil analaisa dan fisik klien, hasil lab,
dan test diagnostic lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung
assessment.
Tanda gejala objektif yang diperolah dari hasil pemeriksaan ( tanda KU, Fital
sign, Fisik, khusus, kebidanan, pemeriksaan dalam, laboratorium dan
pemeriksaan penunjang.)Pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi .
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian
teknologi (hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat dimasukkan dalam
kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang
berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A : Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi
subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena
keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif
maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses
pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah
sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin
suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa /masalah
- Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi
klien : hamil, nbersalin, nifas dan bayi baru lahir .Berdaasarkan
hasil analisa data ynag didapat.
- Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan
klien terganggu, kemungkinan mengganggu kehamilan
/kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa.
2. Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial
P : Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evalusi berdasarkan
Assesment
Hand Out
By Nurlie Azwar 4
SOAP untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukkan dalam” P “
sedangkan .
Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan
kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan
pasien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil
harus membantu pasien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai
dengan instruksi dokter.
Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi masalah
klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan
akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak
mungkin menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi
mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
Evaluasi
Hand Out
By Nurlie Azwar 5
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk
menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai
menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai,
proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif
sehingga mencapai tujuan.
4. Menggambarkan keterkaitan manajemen kebidananan dan SOAP
Alur piker Bidan Pencatatan dari asuhan kebidanan
7 langkah varney 5Langkah
(competensi
Bidan)
Data Data
Masalah
/diagnosa
Masalah /diagnosa
Antisipasi
masalah
potensial/diagnosa
lain
Menetapkam
kebutuhan segera
untuk konsultasi
dan kolaborasi
Assesment/diagnosa
Perencanaan Perencanaan
Implementasi Implementasi
Evaluasi Evaluasi
5.
Proses manajemen kebidanan Pendokumentasian asuhan kebidanan
SOAP NOTES
Subjectif
Objectif
Assesment /diagnosa
PLAN
-konsul
-Tes diagnostic/lab
-Rujukan
-pendidikan konseling
-Follow Up
Hand Out
By Nurlie Azwar 6
SOAPIER
Data Subjektif (S )
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi pasien
mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan
yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data dibelakang” S”
diberi tanda” 0” atau” X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan
diagnosa yang akan dibuat.
Data Objektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil
Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan
akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Analisa/Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif
maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus
berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang
dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti
perkembangan pasien dan menjamin suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat
diikuti sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
Perencanaan
Hand Out
By Nurlie Azwar 7
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga mempertahankan
kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang
harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien
mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi masalah klien.
Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan
membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien harus sebanyak mungkin
menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus
berubah atau disesuaikan.
Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk menilai
keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari
ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi
dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan.
Revisi
Hand Out
By Nurlie Azwar 8
Komponen evaluasi tindakan dapat menjadi petunjuk perlunya perbaikan dari
perubahan intervensi dan tindakan atau menunjukkan perubahan dari rencana awal atau
perlu suatu kolaborasi baru atau rujukan. Implementasi yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat berdasarkan prioritas dan kebutuhan akan mengoptimalkan
hasil yang dicapai. Target dan waktu penting untuk diperhatikan dalam proses ini.
SOAPIED
Pada prinsipnya sama dengan keterangan diatas, hanya saja metode
pendokumentasian ini dibuat lebih tereksplisit sehingga dapat benar-benar
menggambarkan urutan kejadian dari pasien datang ke RS dengan keluhan yang ada
sampai saat pasien pulang, baik karena sudah sembuh dari sakitnya ataupun karena
pulang paksa serta alasan-alasan lain.
SOAP
SOAP pada dasarnya sama dengan komponen yang terdapat pada metode
SOAPIER, hanya saja pada SOAP untuk implementasi dan evaluasi dimasukkan dalam”
P “ sedangkan komponen REVISI tidak dicantumkan.
SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip
metode ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
1. Dokumentasi kebidanan adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi
tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan.
2. Prinsip pencatatan dapat ditinjau dari isi dan teknik pencatatan. Model sistem
pencatatan bisa berbentuk naratif atau orientasi masalah.
3. Metode pendokumentasian SOAPIER, SOAPIED, dan SOAP.
4. Data subjektif adalah data yang diperoleh langsung dari klien. Sedangkan data
objektif adalah data yang diperoleh dari hasil observasi, pemeriksaan dan
informasi dari keluarga. Analisa adalah diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data
subjektif dan data objektif. Implementasi adalah tindakan kebidanan yang dilakukan
berdasarkan rencana tindakan yang tertera pada “ Planning”. Evaluasi merupakan
tafsiran dari hasil tindakan yang telah dilakukan, dan revisi merupakan tindakan yang
dibuat dengan melihat hasil evaluasi.
5. SOAPIED dibuat dengan lebih tereksplisit. Sedangkan SOAP untuk implementasi dan
evaluasi termasuk dalam” P“

Imunisasi Dasar

Diposting oleh Ferike Juniawati di 21.21 0 komentar
Imunisasi Dasar Wajib
Imunisasi wajib adalah imunisasi yang harus diberikan pada bayi. Dengan imunisasi wajib, maka bayi akan terlindung terhadap penyakit yang kerap menyerang. Di antara berbagai jenis
imunisasi, yang termasuk imunisasi wajib adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.

1. Vaksin BCG
a. Penjelasan
Vaksin BCG mengandung jenis kuman TBC yang masih hidup tapi sudah dilemahkan. Pemberian imunisasi ini bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC).

b. Cara imunisasi
Imunisasi BCG dapat diberikan pada bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan. Tetapi, sebaiknya pada umur 0 – 2 bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Pada anak berumur Iebih dari 2 – 3 bulan, dianjurkan untuk melakukan uji mantoux / PPD sebelum imunisasi BCG.

Gunanya untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit TBC. Seandainya uji mantoux positif, maka anak tersebut tidak mendapat imunisasi BCG lagi.

Bila pemberian imunisasi itu berhasil, setelah 1 – 2 bulan di tempat suntikan akan terdapat suatu benjolan kecil. Tempat suntikan itu biasanya berbekas. Dan kadang – kadang benjolan itu akan bernanah, tetapi akan sembuh sendiri meskipun lambat.

c. Kekebalan
Imunisasi BCG tidak dapat menjamin 100% anak akan terhindar penyakit TBC. Tetapi, seandainya bayi yang telah diimunisasi BCG terjangkit TBC, maka ia hanya akan menderita penyakit TBC ringan.

d. Reaksi imunisasi
Setelah suntikan BCG, biasanya bayi tidak akan menderita demam. Bila ia demam setelah imunisasi BCG umumnya disebabkan oleh hal lain.

e. Efek samping
Pada imunisasi BCG, umumnya jarang dijumpai efek samping. Memang, kadang terjadi pembengkakan kelenjar getah bening setempat yang terbatas, tapi biasanya sembuh dengan sendirinya walaupun lambat.

Bila suntikan BCG dilakukan di lengan atas, pembengkakan kelenjar terjadi di ketiak atau di leher bagian bawah. Suntikan di paha dapat menimbulkan pembengkakkan di kelenjar selangkangan.

f. Indikasi kontra
Tidak ada larangan untuk melakukan imunisasi BCG kecuali pada anak berpenyakit TBC atau menunjukkan uji mantoux positif.

2. Vaksin Hepatitis B
a. Penjelasan
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Vaksin tersebut bagian dari virus hepatitis B yang dinamakan HBs Ag, yang dapat menimbulkan kekebalan tapi tidak menimbulkan penyakit. HBs Ag ini dapat diperoleh dari serum manusia atau dengan rekayasa genetik dengan bantuan sel ragi .

b. Cara imunisasi
Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian suntikan dasar sebanyak tiga kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan satu dan dua, lima bulan antara suntikan dua dan tiga.

Imunisasi ulang diberikan setelah lima tahun pasca imunisasi dasar. Cara pemberian imunisasi dasar tersebut dapat berbeda, tergantung dari rekomendasi pabrik pembuat vaksin hepatitis B mana yang akan dipergunakan.

Misalnya imunisasi dasar vaksin hepatitis B buatan Pasteur, Perancis berbeda dengan jadwal vaksinasi vasksin buatan MSD, Amerika Serikat.
Khusus bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus diberikan imunisasi pasif dengan imunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.

Berikutnya bayi tersebut harus pula mendapat imunisasi aktif 24 jam setelah lahir, dengan penyuntikan vaksin hepatitis B dengan pemberian yang sama seperti biasa.

Mengingat daya tularnya yang tinggi dari ibu ke bayi, sebaiknya ibu hamil di Indonesia melakukan pemeriksaan darah untuk mendeteksi apakah is mengidap virus hepatitis B sehingga dapat dipersiapkan tindakan yang diperlukan menjelang kelahiran bayi.
Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib adalah imunisasi yang harus diberikan pada bayi. Dengan imunisasi wajib, maka bayi akan terlindung terhadap penyakit yang kerap menyerang. Di antara berbagai jenis
imunisasi, yang termasuk imunisasi wajib adalah imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.



3. Vaksin DPT (Difteria, Pertusis, Tetanus)
a. Penjelasan
Vaksinasi DPT akan menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit Difteria, Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari), dan tetanus.

Di Indonesia vaksin terhadap ketiga penyakit tersebut dipasarkan dalam tiga kemasan, yaitu dalam bentuk kemasan tunggal bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (difteria dan tetanus), dan kombinasi DPT (difteria, pertusis, dan tetanus).

Vaksin difteria dibuat dari toksin / racun kuman difteria yang telah dilemahkan dinamakan toksoid. Biasanya diolah dan dikemas bersama – sama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam bentuk vaksin DTP.

Vaksin tetanus yang digunakan untuk imunisasi aktif ialah toksoid tetanus atau toksin / racun kuman tetanus yang sudah dilemahkan kemudian dimurnikan. Ada tiga macam kemasan vaksin tetanus, yaitu bentuk kemasan tunggal dan kombinasi dengan vaksin difteria (vaksin DT) atau kombinasi dengan vaksin difteria dan pertusis (vaksin DTP).

Vaksin terhadap penyakit batuk rejan atau batuk seratus hari terbuat dari kuman Bordetella Pertussisyang telah dimatikan. Selanjutnya dikemas bersama vaksin difteria dan tetanus (vaksin DTP)

b. Cara imunisasi
Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, sejak bayi berumur dua bulan dengan selang waktu antara dua penyuntikan minimal empat minggu. Imunisasi ulangan/booster yang pertama dilakukan pada usia 11/2 – 2 tahun atau satu tahun setelah suntikan imunisasi dasar ketiga.

Imunisasi ulang berikutnya dilakukan pada usia enam tahun atau di saat kelas 1 SD. Pada saat kelas 6 SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT. Vaksin pertusis (batuk rejan) tidak dianjurkan pada anak yang berusia Iebih dari tujuh tahun karena reaksi yang timbul dapat lebih hebat selain itu juga perjalanan penyakit pertusis pada anak berumur lebih dari lima tahun tidak parah.

Pada masa mendatang telah dipikirkan untuk memberikan vaksin tetanus khusus untuk anak perempuan yang belum pernah mendapat imunisasi DPT, atau imunisasi DPT tidak lengkap, sebanyak dua kali lagi pada saat kelas dua dan kelas 3 SD tindakan ini diperkirakan
cukup untuk memberikan perlindungan seumur hidup terhadap penyakit tetanus sehingga bayi yang kaiak dikandung dapat terlindung dari penyakit tetanus neonatorum atau tetanus pada bayi baru lahir.

Di indonesia penyakit tetanus pada bayi baru lahir masih merupakan penyebab kematian yang kadang terjadi pada saat bayi baru lahir.
Imunisasi ulang sewaktu, diperlukan juga bila anak berhubungan dengan anak lain yang menderita difteria atau batuk rejan. Atau bila diduga luka pada anak akan terinfeksi tetanus.

Dalam hal imunisasi tidak perlu cemas seandainya anak mendapatkan suntikan ulang sebelum waktunya. Atau bila diduga luka pada anak akan terinfeksi tetanus, biasanya akan memberikan suntikan ulang. Lebih baik memberikan imunisasi berlebih daripada kurang.

c. Kekebalan
Daya proteksi atau daya lindung vaksin difteria cukup baik, yaitu sebesar 80 – 95% dan daya proteksi vaksin tetanus sangat baik, yaitu sebesar 90 – 95%. Sedangkan daya proteksi vaksin pertusis masih rendah, yaitu 50 – 60%.

Oleh karena itu anak yang telah mendapat imunisasi pertusis masih dapat terjangkit penyakit batuk rejan, tetapi dalam bentuk yang lebih ringan.

d. Reaksi imunisasi
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam, pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama satu – dua hari.

e. Efek samping
Kadang – kadang timbul reaksi akibat efek samping yang berat, seperti demam tinggi atau kejang, yang disebabkan oleh unsur pertusisnya.

f. Kontra indikasi
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan pada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan kepada anak dengan batuk yang diduga sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi umum).
4. POLIO
Umur pemberian 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, sebanyak 4 kali, untuk mencegah penularan polio yang menyebabkan lumpuh layuh pada tungkai dan atau lengan.
Bila pada suntikan DPI pertama, ASI dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh terhadap vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT.

Pemberian imunisasi ulang perlu tetap diberikan seandainya seorang anak pernah terjangkit polio. Karena mungkin saja anak yang menderita polio itu terjangkit virus polio tipe I. artinya, apabila penyakitnya telah sembuh ia hanya mempunyai kekebalan terhadap virus polio tipe I, tetapi tidak mempunyai kekebalan terhadap jenis virus polio tipe II dan III. Karena itu untuk mendapat kekebalan terhadap ketiga virus tersebut perlu diberikan imunisasi ulang polio.

a.  Kekebalan
Daya proteksi vaksin polio sangat baik, yaitu sebesar 95 – 100%.

b. Reaksi imunisasi
Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan mengalami berak – berak ringan

c. lndikasi kontra
Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah imunisasi polio sebaiknya ditangguhkan demikian pula pada anak yang menderita gangguan kekebalan (defisiensi imun) tidak diberikan. Pada anak dengan penyakit batuk, pilek, demam atau diare ringan imunisasi polio bisa diberikan seperti biasanya.

5. Vaksin Campak (Morbili)
a. Penjelasan
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif. Vaksin campak mengandung virus campak yang telah dilemahkan.

Vaksin campak yang beredar di Indonesia dapat diperoleh dalam bentuk kemasan kering tunggal atau dalam kemasan kering dikombinasi dengan vaksin gondong / bengok (mumps) dan rubella (campak jerman).

Di Amerika Serikat kemasan terakhir ini dikenal dengan nama vaksin MMR (Mesles-Mumps-Rubella vacine).

b. Cara imunisasi
Bayi baru lahir biasanya telah mendapat kekebalan pasif terhadap penyakit campak dalam kandungan dari ibunya. Makin lanjut umur bayi, makin berkurang kekebalan pasif tersebut. Waktu berumur enam bulan biasanya sebagian dari bayi tidak mempunyai kekebalan pasif lagi.

Dengan adanya kekebalan pasif ini sangat jarang seorang bayi menderita campak pada umur kurang dari enam bulan.

Menurut WHO (1973) imunisasi campak cukup satu kali suntikan setelah bayi berumur sembilan bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur Iebih dari satu tahun. Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan imunisasi ulang lagi.

Di Indonesia keadaannya berlainan. Kejadian campak masih tinggi dan sering dijumpai bayi menderita penyakit campak ketika masih berumur antara enam – sembilan bulan, jadi pada saat sebelum ketentuan batas umur sembilan bulan untuk mendapat vaksinasi campak seperti yang dianjurkan WHO.

Dengan demikian di Indonesia dianjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi sebelum bayi berumur sembilan bulan, misalnya pada umur enam – sembilan bulan ketika kekebalan pasif yang diperoleh dari ibu mulai menghilang. Akan tetapi kemudian harus mendapat suntikan ulang setelah berumur lima belas bulan.

Perlukah vaksinasi campak diulang pada anak yang telah menderita campak karena infeksi alamiah? Sebenarnya bila anak tersebut telah benar – benar menderita sakit campak, maka vaksinasi campak tidak perlu diberikan lagi. Masalahnya adalah apakah anak tersebut benar menderita campak? Biasanya seorang ibu mendasarkan dugaan sakit anaknya itu hanya karena adanya demam yang disertai timbulnya bercak merah di kulit.

Gejala demam dengan bercak merah tidak hanya pada penyakit campak, tetapi dapat juga dijumpai pada penyakit lain, seperti penyakit “demam tiga hari”, demam berdarah, campak Jerman dan sebagainya.
menderita kurang gizi dalam derajat besar.

Daya proteksi vaksin hepatitis B cukup tinggi, yaitu berkisar antara 94 – 96% .

c. Reaksi imunisasi
Umumnya tidak didapatkan reaksi, walaupun sangat jarang tetapi pada beberapa keadaan dapat terjadi reaksi. Biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan, yang kemudian disertai demam ringan atau pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.

d. Efek samping
Tidak dilaporkan adanya efek samping yang berarti. Kemungkinan terjangkit oleh penyakit AIDS akibat pemberian vaksin hepatitis B yang berasal dari plasma, merupakan berita yang terlalu dibesarbesarkan.

e. Indikasi kontra
Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita sakit berat. Vaksinasi hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman dan tidak akan membahayakan janin. Bahkan memberikan perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir.

Imunisasi Ulang

Diposting oleh Ferike Juniawati di 21.18 0 komentar
Mengapa Imunisasi Harus Diulang?
Kendati di usia bayi imunisasinya sudah lengkap, bukan berarti di usia ini si kecil sudah aman dari ancaman penyakit. Itulah mengapa ada imunisasi yang harus diulang, disamping imunisasi lanjutan.
Imunisasi akan memberikan antibodi bagi anak. Setelah diimunisasi, antibodi anak akan naik. Tapi suatu saat, antibodi itu akan turun lagi. Nah, pada saat antibodi turun atau hampir habis, harus diberikan imunisasi lagi agar antibodi yang turun itu bisa kembali baik. Itulah mengapa, imunisasi ulangan sangat penting.
Kalau tidak, Antibodi dalam tubuh akan habis atau berkurang, sehingga kemungkinan anak terserang penyakit akan lebih besar.

Imunisasi yang harus diulang
Sebagaimana diketahui, ada 5 imunisasi dasar yang diberikan saat anak berusia 0-1 tahun, yaitu Hepatitis B, BCG, DPT, Polio, dan Campak. Selain itu, ada satu lagi vaksin yang sifatnya hanya dianjurkan -karena biayanya agak mahal- diberikan di usia 0-1 tahun, yaitu HiB (Haemofillus Influenza tipe B) . "HiB merupakan suatu kuman yang bisa menyebabkan radang selaput otak atau meningitis dan pneumonia. Ini paling berbahaya.
Menurut penelitian, penyakit ini juga menyebabkan kematian terbanyak pada anak-anak. Karena itulah dibuat vaksinnya, meski masih agak mahal," terang Sri Rezeki . Nah, dari kelima vaksin dasar yang merupakan program pemerintah ini, ada 3 vaksin yang harus diulang di usia batita, yaitu DPT, polio, dan campak. Sedangkan vaksin BCG dan Hepatitis B cukup diberikan hanya sekali di usia bayi.
"Vaksin BCG tak perlu diulang karena antibodi yang diperoleh tinggi terus, tak pernah turun seumur hidup. Demikian pula vaksin Hepatitis B, bisa bertahan lama. Khusus Hepatitis B,yang penting sebetulnya mencegah penularan dari ibu ke anak. "Usia produktif wanita untuk memiliki anak biasanya, kan, berkisar pada usia 20 sampai 35 tahun. Nah, usia produktif inilah yang harus dilindungi, yaitu dengan pemberian vaksin Hepatitis B.
Meskipun cuma diberikan satu kali ketika si anak perempuan berusia bayi, namun sudah cukup untuk melindunginya sampai di usia produktif nanti." Sementara vaksin yang diulang, yaitu DPT, dilakukan setahun setelah DPT 3 karena setelah setahun, antibodinya akan turun. "Jadi, harus digenjot lagi agar antibodinya bisa baik kembali." DPT memang sangat crusial  karena antibodi yang dihasilkan tak bertahan lama.
Demikian pula halnya dengan Polio, juga diulang setelah Polio 3 karena antibodinya akan turun setelah setahun. Sedangkan campak diulang pada saat anak berusia 15-24 bulan. Pengulangan dilakukan lewat imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) , karena selain untuk mencegah campak (Measles) , juga mencegah gondongan (Mumps)  dan Rubella yang juga merupakan sejenis campak.
Pengulangan ini sangat penting agar ibu hamil terhindar dari serangan Rubella. Pasalnya, serangan Rubella selagi hamil menyebabkan anak yang dilahirkan bisa menjadi cacat. Misalnya, tubuhnya kecil, menderita kelainan jantung, buta, atau cacat sejak lahir.
Nah, inilah yang harus kita cegah. Bukan berarti vaksin Rubella hanya penting bagi anak perempuan saja, lo. Anak lelaki juga penting karena dia akan menjadi calon bapak. Bisa saja, kan, si calon bapak ini menjadi carrier  atau pembawa penyakit. Nah, dia tentu akan menularkan kepada anaknya.
Jadi, tandasnya, kalau mau membasmi penyakit, ya, harus pada semua anak, bukan cuma anak perempuan. Sementara gondongan, virusnya bisa masuk ke alat-alat reproduksi, baik testis maupun ovum anak. Bila anak sampai mengalami infeksi akibat virus gondongan, ia bisa mandul kelak..



Jika Terlambat Imunisasi

Untuk mendapatkan imunitas yang optimal, sebaiknya imunisasi diberikan secara teratur dan lengkap sejak bayi baru lahir hingga anak usia 18 tahun - sesuai dengan jadwal. Namun terkadang, karena beberapa alasan, imunisasi tidak bisa diberikan. Mulai dari moms lupa, tidak sempat, atau si kecil sedang sakit sehingga pemberian imunisasi harus ditunda. Hal-hal tersebut sering membuat jadwal imunisasi jadi tidak teratur.

“Sebenarnya dalam memberikan imunisasi tidak ada istilah ‘hangus’, sehingga jika anak terlambat atau belum mendapatkan vaksinasi tidak perlu diulang dari awal lagi,” ujarnya.


Vaksin Kombinasi (Combo)

Combo di sini maksudnya vaksin yang sudah dalam bentuk gabungan saat di produksi. Vaksin kombinasi terdiri dari gabungan beberapa vaksin tunggal menjadi satu jenis vaksin yang dapat mencegah beberapa penyakit berbeda secara sekaligus. Misalnya DPT dan MMR adalah vaksin kombinasi yang sudah cukup familiar di Indonesia.

Keefektifan dan keamanan vaksin kombinasi pun tidak jauh berbeda dengan vaksin tunggal. Berikut beberapa keunggulan vaksin kombinasi antara lain:

1. Anak merasa lebih nyaman, karena jumlah suntikan lebih sedikit.
2. Lebih ekonomis, karena beberapa vaksin digabung menjadi satu.
3. Mengurangi kunjungan ke klinik atau rumah sakit.


Efek Samping Imunisasi

Banyak orang tua yang merasa khawatir jika anaknya diimunisasi karena menimbulkan beberapa efek samping usai melakukannya. Beberapa efek samping tersebut memang benar adanya, hanya saja tidak menimbulkan efek yang berbahaya. Beberapa efek samping imunisasi yang biasa timbul yaitu :
  1. Timbul nyeri, kemerahan dan bengkak pada daerah bekas suntikan. Hal ini biasanya karena lebih banyak imunisasi dalam bentuk suntikan.
  2. Demam.
  3. Reaksi alergi, namun jarang terjadi.

Kondisi dan Akibatnya
Ada beberapa hal yang memang para orang tua perlu perhatikan sebelum si buah hati mendapatkan suntikan imunisasi. Para orang tua disarankan tidak membawa anaknya imunisasi jika;
  1. Reaksi alergi yang serius setelah pemberian vaksin sebelumnya.
  2. Anak yang sedang dalam pengobatan imunosupresi (obat yang menurunkan sistem kekebalan anak).
  3. Anak demam dengan suhu lebih dari 38,5 derajat celsius.
Akan tetapi anak boleh diimunisasi meskipun sakit ringan misalnya; infeksi saluran pernafasan (batuk, pilek) atau diare dengan suhu dibawah 38,5 derajat Celcius. Reaksi lokal ringan (bengkak, merah, nyeri), demam ringan setelah pemberian vaksin sebelumnya. Alergi atau asma, kecuali jika si kecil diketahui ada alergi pada komponen vaksin. Sedang dalam masa pengobatan dengan antibiotik.

Sistem Rujukan

Diposting oleh Ferike Juniawati di 21.06 0 komentar
SISTEM RUJUKAN

  1. A. PENDAHULUAN
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu dan bayi.
  1. B. TUJUAN INSTRAKSIONAL UMUM
Diharapakan mahasiswa melaksanakan manajerial asuhan kebidanan dikomunitas baik di rumah, posyandu, polindes dengan focus making pregnancy safer dan system rujukan.
  1. C. TUJUAN INSTRAKSIONAL KHUSUS
    1. Dapat memahami definisi system rujukan
    2. Dapat memahami tujuan system rujukan
    3. Dapat memahami jenis – jenis rujukan
    4. Dapat memahami jenjang tingkat tempat rujukan
    5. Dapat memahami jalur rujukan
    6. Dapat memahami mekanisme rujukan
  1. D. SUB POKOK BAHASAN / MATERI
    1. 1. Definisi
Rujukan adalah penyerahan tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan yang lain
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi
  1. 2. Tujuan
Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
Tujuan system rujukan adalah Untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu
Tujuan system rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB
  1. 3. Jenis Rujukan
    1. Rujukan medic yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenangdan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medic antara lain:
1) Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan, tindakan opertif dan lain – lain.
2) Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lenih lengkap.
3) Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
  1. Rujukan kesehatan yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnyapencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional
  1. 4. Jalur Rujukan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai berikut :
  1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
  1. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin / bidan desa
3) Puskesmas / puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit pemerintah / swasta
  1. Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
  1. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
  1. 5. Skema rujukan dan jenjang pelayanan kesehatan



  1. 6. Persiapan rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat “BAKSOKU” yang dijabarkan sebagai berikut :
B (bidang) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop
K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu (klien)
O (obat) : bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat
U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan
  1. 7. Keuntungan system rujukan
    1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga
    2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing – masing
    3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
  1. 8. Tingkat rujukan
    1. Menetukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan puskesmas
1) Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat menetapkan tingkat kegawatdaruratan
2) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk
  1. Menetukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
  1. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya perlu diberikan informasi tentang perlunya pendeerita segera dirujuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu
  2. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang ditunju melalui telepon atau radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
  3. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan, Surat rujukan harus dipersiapkan si=esuai dengan format rujukan dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat rujukan.
  1. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
  1. Tindak lanjut penderita
1) Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut, dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
2) Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka dilakukan kunjungan rumah.
RUJUKAN KEBIDANAN
System rujukan dalam mekanisme pelayanan obtetrik adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbale-balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertical maupun horizontal.
Rujukan vertical maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah lengkap.
Indikasi perujukan ibu yaitu :
  1. Riwayat seksio sesaria
  2. Perdarahan per vaginam
  3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan < 37 minggu)
  4. Ketuban pecah dengan mekonium yang kental
  5. Ketuban pecah lama (lebih kurang 24 jam)
  6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
  7. Ikterus
  8. Anemia berat
  9. Tanda/gejala infeksi
  10. Preeklamsia/hipertensi dalam kehamilan
  11. TInggi fundus uteri 40 cm atau lebih
  12. Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masuk 5/5
  13. Presentasi bukan belakang kepala
  14. Kehamilan gemeli
  15. Presentasi majemuk
  16. Tali pusat menumbung
  17. Syok
  1. E. RINGKASAN
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale-balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Yang bertujuan agar pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.
Jenis system rujukan ada 2 macam yaitu rujukan medis dan rujukan kesehatan. Hal – hal yang harus dipersiapkan dalam rujukan yaitu “BAKSOKU”

Minggu, 03 Juni 2012

Definisi ASUHAN NEONATUS, BAYI, ANAK BALITA DianHusada

Diposting oleh Ferike Juniawati di 17.16 0 komentar
Sejak hamil semua orang tua sudah pasti membayangkan keadaan bayi mereka ketika lahir, bagaimana mukanya, apakan ia lebih mirip ibu atau ayahnya dan mungkin saja ada bayangan tentang sosok bayi yang baru lahir adalah seperti yang tergambar sempurna seperti yang kerap ditampilkan dalam berbagai media, kepala bulat, kulit mulus, mata jernih, bahkan wajah yang menarik. Hingga saat kelahirannya, pasangan merasa kecewa karena penampilan si kecil saat baru saja dilahirkan tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya.

Definisi dari ASUHAN NEONATUS, BAYI, ANAK BALITA itu sendiri adalah kemampuan untuk memberikan asuhan pada neonatus (24 jam setelah lahir sampai dengan 28 hari) bayi dan balita yang didasari oleh konsep, sikap dan keterampilan. Topik-topik yang akan dibahas meliputi : lingkup asuhan, penatalaksanaan, pemantauan tumbuh kembang,immunisasi, peran dan tanggung jawab orang tua, sistem rujukan serta pendokumentasian hasil asuhan.
 

DIAN HUSADA ASUHAN NEONATUS, BAYI, ANAK BALITA Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea